Politikus PDIP: Jika Jimly Betul, Maka Polri Jangan Keluarkan Izin Demo 25 November
Funesia.net - Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Jimly Asshiddiqie
menduga aksi lanjutan pada 25 November 2016 memiliki agenda untuk menjatuhkan
Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Bukan lagi menuntut kasus dugaan penistaan agama yang
menimpa Basuki Tjahaja Purnama.
Jika dugaan Jimly ini benar, menurut anggota DPR Andreas
Hugo Pareira, aparat harus tanggap dan mencegah terjadinya aksi unjuk rasa pada
tanggal 25 November mendatang.
"Kalau dugaan dari pak Jimly betul, seharusnya negara
melalui aparatnya harus tanggap, mencegah terjadi demo tersebut. Karena agenda
demo itu sendiri," ujar Politikus PDI Perjuangan ini kepada
Tribunnews.com, Senin (14/11/2016).
Bila agenda pengunjuk-rasa untuk Ahok itu berbalut agenda
pelengseran Pemerintahan yang sah, seharusnya pihak keamanan bisa tidak
mengeluarkan izin.
"Aparat negara seharusnya bisa bertindak tegas atas
keselamatan negara," kata anggota Komisi I DPR RI ini kepada
Tribunnews.com.
Jimly Asshiddiqie menduga aksi lanjutan pada 25 November
2016 memiliki agenda untuk menjatuhkan Presiden Jokowi. Bukan lagi menuntut kasus dugaan penistaan agama yang
menimpa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Namun, jika dengan massa yang jumlahnya lebih besar dari
aksi 4 November 2016, dia mencium ada agenda lain.
"Kalau pun tetap mau demo, sebaiknya jangan lebih besar
dari yang lalu agar tidak dicurigai punya agenda untuk menjatuhkan presiden
yang sah," kata Jimly saat dihubungi wartawan, Senin (14/11/2016).
Pakar hukum tata negara ini mengaku tidak ikhlas apabila
umat Islam dimanfaatkan pihak tertentu untuk melakukan upaya impeachment
terhadap Presiden Jokowi, karena dianggap tidak sesuai konstitusi.
"Saya sebagai Ketua ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim
Indonesia) tidak rela jika umat Islam terjebak dalam adu domba untuk tujuan
yang tidak konstitusional. Saya menganjurkan jangan lagi ada demo, sebab
tujuannya berpotensi menyimpang dari motivasinya yang semula," katanya.
Seperti diketahui, Sekretariat Bersama Aktivis untuk
Indonesia menggelar acara 'Malam Keprihatinan Anak Negeri' di Tugu Proklamasi,
Jakarta Pusat. Acara tersebut bertajuk 'Selamatkan Demokrasi Lawan Tirani'.
Acara ini diikuti oleh beberapa lapisan aktivis yakni
mahasiswa, aktivis 98, aktivis 78/79, eksponen 66, aktivis sosial, aktivis
pergerakan, aktivis buruh, dan aktivis lingkungan.
Mantan aktivis Reformasi 1998, Sri Bintang Pamungkas mengaku
tidak percaya Presiden Jokowi meminta Polri mengusut kasus penistaan agama yang
dilakukan Ahok secara transparan.
Menurutnya hal ini dilakukan Presiden Jokowi hanya sebatas
sandiwara semata sehingga memang harus dilawan.
"Tirani ini jangan cuma dilawan, tapi harus
dijatuhkan," kata Sri Bintang.
Menurutnya dua Presiden Republik Indonesia, yakni Soekarno
dan Soeharto saja bisa dijatuhkan oleh kekuatan masyarakat. Sehingga, tidak
mustahil Presiden Jokowi juga bisa dilakukan hal serupa.
"Masa Jokowi tidak bisa jatuh, Soekarno dan Soeharto
saja jatuh," katanya.(www.tribunnews.com)