Bandung Banjir Lagi, Gubernurnya Malah Mau Cuti Demi Anies-Sandi
FUNESIA.NET-Banyak penduduk mulai mengungsi ke daerah-daerah yang lebih tinggi, yang tidak terkena banjir. Tinggal berharap agar hujan mereda dan banjir bisa cepat surut. Tentu, dengan kesadaran bahwa banjir kali ini dan kali depannya lagi juga kali kali berikutnya lagi merupakan bagian dari rencana Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya yang beriman.
Tiga Kecamatan tersebut memang langganan banjir. Tiap tahun pasti kena. Tahun kemarin, di bulan Maret, September dan November, banjir melanda daerah tersebut. Dua tahun sebelumnya juga sama. Tiga tahun sebelumnya pun sama. Sudah bertahun-bertahun, tetap saja banjir tidak menunjukkan “kekapokan”-nya.
Banjir di Bandung, banjir di Jakarta, keduanya sama. Sama-sama air yang menggenang. Tapi apa yang membedakannya? Kalau banjir di Jakarta, ributnya bisa sampai ke ujung Indonesia. Padahal, titik banjir berkurang drastis. Dan penanganan banjir juga cepat dan tepat. Tapi kalau Bandung yang kebanjiran, ributnya enggak sampai ke Jakarta, apalagi ke ujung Indonesia.
Kepasrahan warga Bandung sangat tinggi dengan daerahnya. Tapi untuk tetangganya, Jakarta, sebagian warga Bandung, bahkan Aa Gym sekalipun, punya rasa simpati yang tinggi akan penderitaan warga Jakarta. Hebat bukan? Kepedulian terhadap tetangganya lebih besar daripada kepada rumah tangganya sendiri.
Aa Gym sampai menggadaikan kehormatan dirinya demi penderitaan warga Jakarta dengan mengunggah foto hoax tentang banjir di Bukit Duri. Subhanallah.. Salut untuk Aa. Tapi untuk penderitaan warga Bandung yang terkena banjir, cukuplah diberi wejangan bahwa itu ujian dari Allah. Warga Bandung sudah dewasa lagi bertakwa. Mengeluh bukan lagi upaya yang perlu ditempuh oleh orang-orang bertakwa.
Kenapa Jakarta perlu dibela, diberi simpati, dan dicerca kinerja pemimpinnya? Karena warga Jakarta hidup bergelimang dosa. Mendukung pemimpin kafir. Itu sebuah kemunafikan yang bisa mendatangkan azab berupa banjir. Makanya, jenazah mereka tidak perlu dishalatkan. Biar tahu rasa. Subhanallah..
Saya rasa cukup yah bermain satirnya. Saya mau sedikit “agak-agak” serius. Sebab, masalah banjir di Bandung ini lebih kompleks dari Jakarta. Kalau Jakarta masalahnya lebih banyak pada normalisasi daerah pinggiran sungai. Tapi kalau Bandung dan Jawa Barat umumnya, masalahnya terletak pada kondisi alam yang makin rusak.
Banjir tahun lalu, menurut Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Anang Sudana, itu lebih para dari tahun-tahun sebelumnya. Kalau makin parah, itu artinya kerusakan alam juga makin parah. Banyak daerah-daerah resapan air di gunung-gunung dan hutan lindung hilang, digantikan oleh lahan untuk menanam sayur-mayur.
Menurut Anang Sudana (data tahun 2016) telah terjadi perambahan hutan lebih dari 5 ribu hektar. Sementara reboisasi pada daerah yang dirambah tadi belum menunjukkan pertumbuhan yang baik. Itu artinya, saat hujan lebat datang, aliran air tidak bisa tertahan oleh pepohanan. Akhirnya, air terus turun ke pemukinan-pemukinan dengan membawa sedimentasi lumpur yang malah membuat sungai makin dangkal.
Banjir bandang di Garut tahun lalu, yang menelan banyak korban jiwa (harta-benda sudah pasti), penyebab juga sama. Daerah hutan lindung yang disulap jadi tempat wisata atau perkebunan. Padahal, Garut itu lebih tinggi daripada Bandung. Apalagi dari Jakarta. Tapi, mengapa bisa terjadi? Hanya Tuhan yang Tahu, sementara warga Jabar lebih baik berdoa daripada mencari tahu.
Dua periode menjabat sebagai gubernur, apa yang dilakukan Pak Aher untuk mengatasi banjir di Jawa Barat? Terutama di Bandung? Mengapa hutan-hutan lindung dipangkas? Mengapa penambang-penambang pasir bebas menggerus Gunung Guntur di Garut? Istri saya orang Garut jadi tahu loh permasalahan disana. Hahaha… Mengapa daerah hutang lindung banyak dijadikan villa dan tempat rekreasi? Masih banyak mengapa-mengapa-nya. Tapi itu dulu yah..
Dana penanggulangan bencana terus keluar tiap tahunnya, tapi banjir juga terus terjadi tiap tahunnya, ini gimana yah? Dan. Sebuah keterkejutan belum lama ini muncul saat musim hujan sedang puncak-puncaknya. Pak Aher, Gubernur Jawa Barat, dikabarkan akan mengambil cuti untuk menjadi Timsesnya Anies-Sandi di Jakarta. Kalau tidak cuti, ya weekend bisalah main-main ke Jakarta.
Ahok saja sebenarnya tidak mau cuti, alasannya karena sedang musim hujan. Kontrol harus terus berjalan. Bukannya Ahok tidak percaya jajaran di bawahnya. Tapi, kehadiran pemimpin itu perlu dan penting dalam kondisi darurat seperti musim hujan ini.
Tapi. Itu hak Pak Aher. Saya tidak bisa melarang karena memang siapa gue? Maaf ya Pak Aher, bukan saya mengkritik. Saya cuma berharap bapak selalu hadir di tengah-tengah warga Jawa Barat khususnya warga Bandung. Pakai skala prioritas Pak.
Saya tahu, setelah ini anda tidak akan mungkin mencalonkan diri lagi. Tapi, berilah sedikit kenang-kenangan indah lagi manis (kayak saya) kepada warga Bandung dan Jawa Barat bahwa pada masa anda, banjir enggan singgah di Jawa Barat. Itu enggak akan dilupa pak.
Si kafir Ahok cuma itu pak impiannya. Sampai-sampai dia rela gusurin rumah-rumah kumuh di pinggir kali, yang bikin rontok suara pemilihnya. Masa bapak yang muslim, taat, agamis, juga bertakwa enggak bisa ngusir banjir di Jabar. Pasti bisa. Dengan izin Allah.
Sumber : seword.com